06 March 2008

HIDUP HARUS SABAR

Bulan romadlon dan idul fitri kita bisa bagaimana dengan bulan lain

Romadlon cermin menuju hidup fitrah (sadar). Ahlan Wa sahlan hari kemenangan (idul fitri). Bulan suci Romadlon baru saja kita perjuangkan bersama-sama menahan cermin diri kita dalam dua gerbang yaitu kelakuan baik maupun kelakuan buruk, di dalam satu bulan suci penuh kita semua bisa menonjolkan niat yang baik-baik dalam tindakan.

Satu bulan (puasa) penuh kita bisa menampilkan dalam pemenuhan sebagai makhluk (sosial) sempurna Tuhan yang biasa disebut manusia. Nilai luhur semacam penampilan kejadian di dalam bulan yang disebut Romadlon itulah yang kadang kita sebagai manusia biasa, kurang bisa menampilkan selama setelah bulan Romadlon berlalu begitu saja. Seolah atau memang manusia seperti kita ini diberi (punya) nikmat berupa sifat ingat dan sifat lupa.

Selain makhluk sosial para manusia juga biasa menerima sebutan makhluk individu. Yang pada akhirnya mendapat layak juga disebut makhluk duniawi, sebagai salah satu makhluk hidup planet bumi, pastilah akan saling berinteraksi satu sama lain dan sangat mungkin kita tidak bisa untuk menghindarinya, walau dengan macam rasa (egois) atau halalkan cara apapun.

Bagi mereka yang tidak atau mengikuti perkembangan alam pikiran individu, memang terasa janggal rasa bila membaca buku-buku yang antara lain dalamnya termaktub kalimat-kalimat yang seakan-akan atau memang dengan sengaja meniadakan, mengejek, atau mengingkari adanya Tuhan. Perkataan janggal adalah terlampau lunak untuk itu. Sebaiknya perkataan itu diganti dengan marah, dan ini adalah soal yang gampang dimaklumi. Diktator kebiasaan yang turun-temurun itu memang menghendaki agar semua dapat terangkum dalam kekuasaannya. Tapi sebagaimana juga dalam segala macam ketertiban kemasyarakatan, maka dalam hal ini pun ada brandal-brandal yang menentang kediktatoran kebiasaan. Dan sepanjang sejarah mereka ini adalah perintis jalan baru atau dia adalah kedua-keduanya sekaligus.

Apa mungkin karena bentuk planet bumi ini bulat (telur), sehingga apapun pemikiran maupun tindakan manusia selalu ikut berputar seperti tempat pijakannya (bumi). Sehingga selalu, ada lupa, ada ingat, ada baik, ada buruk, ada muda, ada tua, ada susah, adapula senang, namun demikian semua kehidupan makhluk (manusia) sangat perlu adanya sikap seimbang (sifat tengah).

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kestatisan kepercayaan, maka Tuhan seakan-akan mendapat tempat dua macam dalam jiwa manusia. Tuhan disatu tempat adalah Tuhan yang dikehendaki agar diurai, dipahami.

Jadi kita mengenal Tuhan di dua tempat, yang harus dipercayai dan yang harus dipahami. Yang pertama adalah akibat atau hendaknya sebagai akibat dari yang kedua. Bila yang ada pada seseorang hanya yang pertama belaka, ini tidaklah mengherankan. Ini adalah suatu soal tukang sulap yang mana seluruh jawaban sudah sedia. Yang kedua adalah soal pencarian, pengertian, perjuangan jiwa, tak ubahnya dengan seseorang yang dengan tekunnya mencari unsur-unsur baru yang belum pernah didapatkan orang, untuk kelangsungan sejarah kemanusiaan. Kebimbangan atau kesangsian yang sehat adalah lebih baik daripada kepercayaan atau keyakinan yang buta, dan hanya baik bagi golongan yang kehilangan akalnya.

Keberanian menghadapi yang baru sangat diperlukan dalam masa perubahan, keberanian yang terbit dari hati yang jujur. Juga keberanian mengkaji azaz-azaz pemikiran yang sesungguhnya jadi jalan untuk mengerti, memahami. Dengan tiada keberanian ini, jalan ke arah penindasan hak-hak asasi terbuka luas-luas.

Tentu saja perintisan jalan kearah keinsyafan baru itu membutuhkan tunjangan dari keberanian yang berpangkal pada kejujuran, dan kejujuran yang disebabkan karena pemilikan pribadi sendiri kembali.

Sifat kasih sayang serta saling mencintai sesama kehidupan, melakukan interaksi sosial. Suasana fitrah (sadar) manusia bisa disebut makhluk sempurna, apabila di hari nan fitri kita semua bisa menciptakan suasana saling berbagi cinta serta kasih sayang dalam upaya bersih hati para manusia. Yang dalam satu bulan penuh Tuhan maha pengasih dan maha penyayang memberikan ruang serta waktu interaksi kehidupan untuk saling berma’af-ma’afan, minal aidin wal faidzin, mohon ma’af lahir dan batin untuk menuju halal bi halal sehingga terciptalah cita-cita Islam Rahmatan lil alamin.

achmad fathoni

Alumni IAIN Sunan Ampel Surabaya 2005

0 comments:

Tempat Download Gratis

 

Eson Grisee Copyright © 2009 Community is Designed by Bie